Bukan Fiksi

Catatan seorang wanita yang BAHAGIA

Archive for the ‘Pengantar Usaha Tani’ Category

TENAGA KERJA DALAM USAHA TANI

leave a comment »

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehigga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usaha tani keluarga (family farms), khususnya tenaga kerja petani bersama anggota keluarganya. Rumah tangga tani yag umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sediri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya.

Baik dalam  usahatani keluarga maupun perusahaan pertanian peranan tenaga kerja belum belum sepenuhnya diatasi dengan tekologi yang menghemat tenaga (teknologi mekanis). Hal ini dikarenakan selain mahal juga ada hal-hal tertentu yang memang tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan.

A. Karakteristik Tenaga Kerja dalam Usahatani

Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karekteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja di bidag usaha lain yng selain pertanian. Karakterisik menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut:

  1. Keperluan akan tenaga kerja dalam  ushatani tidak kontinyu dan tidak merata.
  2. Penyerapan tenaga kerja dalam usaha tani sangat terbatas.
  3. Tidak mudah distandarkan, dirasioalkan, dan dispesialisasikan.
  4. Beraneka ragam coraknya dan kadang kala tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Karakteristik diatas akan memerlukan sistem-sistem menejerial tertentu yang harus dipahami sebagai usaha peningkatan usahatani itu sendiri. Selama ini khususnya di Indoesia sistem menejerial bisanya masih sangat sederhana.

 

B. Peran Petani

Tenaga kerja usahatani keluarga bisanya terdiri atas petani beserta keluarga dan tenaga kerja dari luar yang semuanya berperan dalam usaha tani. Menurut Mosher (1968) petani berperan sebagai manajer, juru tani, dan manusia biasa yang hidup di dalam  masyarakat. Petani sebagai manajer  akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan jenis tanaman atau ternak yang akan diusahakan, menetukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan. Untuk itu, diperlukan ketrampilan, pendidikan, dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam keyataannya untuk memilih usaha apa yang akan dilakukan, terdapat kompromi antara bapak dan ibu tani. Hal tersebut penting dalam penyuluhan. Jika ingin yang disuluhkan dapat mengena maka pendekatanya adalah kepada keduanya, yaitu bapak dan ibu tani.

Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan keluarga akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Disamping itu, petani juga harus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat atas diri dan keluarganya. Sebaliknya, petani juga membutuhkan bantuan masyarakat disekelilingnya. Besar kecilnya kebutuhan bantuan terhadap masyarakat disekelilingnya tergantug pada teknologi yang digunakan dan sifat masyarakat setempat. Dalam praktiknya, peranan-peranan tersebut saling tekait, tetapi pasti ada salah satu yang menonjol. Sebagai contoh, pada suatu daerah tidak terdapat jenis komoditas a, b, dan c padahal sebetulnya sangat cocok dengan iklim dan jenis tanah  setempat dan harganya pun tinggi. Setelah diteliti ternyata komoditas a, b, dan c tersebut tidak umum diusahakan, bahkan tabu bagi daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peranan petani sebagi manajer sangat lemah, tetapi peranan petani sebagi anggota masyarakat sangatlah menonjol.

 

 

C. Tenaga Kerja Keluarga dan Luar Keluarga

Peranan anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja di samping juga tenaga luar yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Banyak sedikitnya tenag luar yang dipergunakan tergantug pada dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut.

Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar atara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas, dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja.

  1. 1.      Sistem upah

Sistem upah dibedakan menjadi 3 yaitu upah borongan, upah waktu, dan upah premi. Masing-masing sistem tersebut akan mempengaruhi prestasi seorang tenaga luar.

a)      Upah borongan adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja dengan pekerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja. Upah borongan ini cederug membuat para pekerja untuk secepatya menyelesaikan pekerjaanya agar segera dapat mengerjakan pekerjaan borongan lainya. Contohnya borongan menggarap lahan sawah sebesar Rp. 150.000 per petak sawah

b)      Upah waktu  adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. Sistem upah waktu kerja ini cenderung membuat pekerja untuk memperlama waktu kerja dengan harapan mendapat upah yang semakin besar. Contohnya upah pekerja untuk menggarap sawah sebesar Rp. 25.000/HKO. Jika dia bekerja selam lima hari maka upah yang diterima sebesar Rp. 125.000.

c)      Upah premi adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja. Sebagai contoh, dalam satu hari pekerja diharuskan menyelesaikan 10 unit pekerjaan. Jika dia bisa menyelesaikan lebih dari  10 unit maka dia akan mendapatkan upah tambahan. Sistem upah premi cenderung meningkatkan produksivitas pekerja.

  1. 2.      Lamanya waktu kerja

Lamanya waktu kerja seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk  bekerja. Selain itu, juga dipengaruhi oleh keadaan iklim suatu tempat tertentu. Misalnya, wilayah tropis seperti Indonesia, untuk melakukan aktivitas lapangan seperti petani tidak dapat bertahan lama karena cuaca panas.

  1. 3.      Kehidupan seharihari

Kehidupan sehari-hari seorang tenaga kerja dapat dilihat pada keadaan makanan/ menu dan gizi, perumahan, kesehatan, serta keadaan lingkunganya. Jika keadaanya jelek dan tidak memenuhi persyaratan maka akan berpegaruh negatif terhadap kinerja.

  1. 4.      Kecakapan

Kecakapan seseorang menentukan kinerja seseorang, seseorang yang lebih cakap tentu saja prestasinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang kurang cakap, kecakapan ditentukan oleh pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.

  1. 5.      Umur tenaga kerja

Umur seorang menentukan prestasi kerja atau kinerja seorang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prastasi tenaga kerjanya. Namun dalam beberapa hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman. Semantara itu untuk tenaga kerja keluarga karena tidak diupah, tingginya prestasi kerja dipengaruhi oleh  yang paling utama yaitu besarnya kebutuhan keluarga disamping faktor-faktor yang lain.

Besarnya prestasi kerja tenaga kelurga dipengaruhi oleh perbandingan antara besarnya konsumen dalam keluarga dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja  yang tersedia. Hal tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

Dimana:

K =  kegiatan/ prestasi kerja

P =  konsumen/  pemakai

T = tenaga kerja

Jika semakin tinggi P (kebutuhan kelurga) dengan T (tenaga kerja) tetap maka keluarga tersebut harus bekerja lebih lama (K naik). Dalam  kenyataan (seperti terlihat dalam tabel 3.1)  dengan adanya pertambahan tenaga kerja keluarga, jumlah jam keluarga yang dicurahkan untuk bekerja justru menunjukkan penurunan (kolom 5). Kecenderungan ini disebabkan keputusan keluarga untuk bekerja, ditentukan oleh besarnya kebutuhan keluarga (kolom 6). Begitu jumlah kebutuhan terpenuhi (ekuivalen 21 jam/ hari), meskipun dalam keluarga terjadi pertambahan persediaan tenaga kerja (pada saat umur perkawinan 15 tahun), jumlah tenaga per keluarga yang dicurahkan untuk bekerja besarnya tetap.

Dipandang dari segi kebijaksanaan makan dengan mendorong naik kebutuhan keluarga diharapkan petani akan bersedia untuk bekerja lebih lama sehingga tidak saja pendapatan keluarga akan meningkat tetapi juga produksi secara keseluruhan akan naik.

Kebutuhan keluarga ekuivalen dengan 21 jam/hari/keluarga. Jika telah terpenuhi makan lamanya kegiatan kerja akan menurun. Tambahan tenaga kerja keluarga seharusnya disalurkan untuk intensifikasi maupun kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan pertanian (off farm activities) bila lahan usahataninya terbatas. Dengan demikian, total pendapatan  yang diperoleh keluarga akan lebih tinggi daripada keadaan semula. Pada kenyataaan yang terjadi di Indonesia, para petani tidak mempertahankan jam kerja yang tinggi. Semakin banyak tenaga kerja keluarga semakin kecil jam kerja per tenaga per hati padahal sebetulnya mampu lebih dari itu. Dengan demikian maka timbul adanya pengangguran yang tidak kentara (disquised unemployment).

TABEL  3.1.   HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMEN, TENAGA KERJA, DENGAN KEGIATAN KERJA KELUARGA PETANI

No.

Umur (th)

P

T

K

Lamanya Bekerja

(jam/hari/tenaga)

Lamanya Bekerja

(jam/hari/keluarga)

 

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1

0

2

2

1

3

6

2

3

3

2

1,50

4,5

9

3

6

4

2

2

6

12

4

9

5

2

2,50

7,5

15

5

12

6

2

3

9

18

6

15

7

2

3,50

10,5

21

7

18

7

2

2,30

7

21

8

21

7

2

1,75

5,25

21

9

24

7

2

1,40

4,2

21

10

27

7

2

1,16

3

21

11

30

7

2

1

3

21

            Keterangan:     P          = pemakai/ konsumen dalam suatu keluarga

T          = tenaga kerja dalam suatu keluarga

K         = kegiatan/ prestasi kerja

Umur   = umur perkawinan suatu keluarga

 

 

 

D. Kebutuhan dan Distribusi Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap kegiatan masing-masing komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlah untuk seluruh usahatani. Kebutuhan tenaga kerja berdasarkan jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhannya. Berdasarkan perhitungan maka jika terjadi kekurangan maka untuk memenuhinya dapat berasal dari tenaga luar keluarganya.

Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah man days  atau HKO (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang). Pemakaian HKO kelemahannya karena masing-masing daerah berlainan (1 HKO di daerah B belum tentu sama dengan 1 HKO di daerah A) bila dihitung jam kerjanya. Sering kali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HKO maupun JKO-nya.

Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu jenis komoditas per satuan luas dinamakan Intensitas Tenaga Kerja. Intensitas Tenaga Kerja tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan, tujuan dan sifat usahataninya, topografi dan tanah, serta jenis komoditas yang diusahakan.

  1. Tingkat teknologi yang digunakan

Penerapan teknologi biologis dan kimia umumnya lebih banyak dibutuhkan tenaga kerja untuk pemakaian bibit unggul disertai dengan pemupukan dan pemberantasan hama penyakit. Sementara penerapan teknologi mekanis, seperti pemakaian mesin-mesin dan traktor justru dapat lebih menghemat kebutuhan tenaga kerja.

  1. Tujuan dan sifat usahatani

Tujuan usahatani dan sifat usahatani juga sangat mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga kerja. Contoh halnya, usaha tani komersial yang sudah memperhatikan kualitas dan kuantitas dari segi ekonomi, akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dari pada usahatani subsistence.

  1. Topografi dan tanah

Teknik pengolahan lahan di daaerah datar dengan jenis tanah ringan akan memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit dibanding pengolahan tanah di daerah miring dan berat.

  1. Jenis komoditas yang diusahakan

Jenis komoditas juga menentukan jumlah tenaga kerja. Pada umumnya tanaman semusim lebih banyak membutuhkan tenaga kerja daripada tanaman tahunan. Hal ini tergantung pada intensitas pengolahan tanah dan saat tanam. Pada tanaman semusim lebih banyak membutuhkan tenaga kerja bantuan sehingga sering kali tidak dapat diselesaikan sendiri oleh tenaga kerja keluarga. Namun saat pemeliharaan pada tanaman semusim cenderung membutuhkan sedikit tenaga kerja. Bahkan sampai tenaga kerja keluarga yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya karena memmang tidak adanya pekerjaaan sehingga timbul pengangguran musiman. Pengangguran musiman sebenarnya masih dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:

    1. Cropping system, untuk meningkatkan intensitas penggunaan tanah dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak untuk merawat lebih dari satu tanaman dalam satu lahan;
    2. Menggunakan teknologi yang membutuhkan bantuan tenaga kerja;
    3. Diversifikasi vertikal, melaksanakan sendiri semua proses produksi dan pemasaran;
    4. Off-farm activity; dan
    5. Transmigrasi yang terarah pada diversifikasi tanaman pangan.
  1. Efisiensi tenaga kerja

Efisiensi tenaga kerja atau produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan per hari, dan luas lahan atau luas usaha.

    1. Memperhitungkan produksi

Produktivitas yang berhubungan dengan tenaga kerja dapat dihitung melalui jumlah produksi per hektar dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per hektar. Perhitungan produktivitas akan membandingkan antara usaha yang dibantu dengan mesin traktor dengan usaha yang tanpa menggunakan bantuan mesin traktor. Jika tidak menggunakan traktor maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak, sehingga pembaginya akan menjadi semakin besar dan nilai produktivitas akan semakin kecil. Tetapi jika memanfaatkan bantuan mesin traktor maka tenaga kerja yang dibutuhkan akan semakin sedikit sehingga pembagi jumlah produksi per hektar akan semakin kecil sehingga memperoleh nilai produktivitas yang lebih besar. Hal ini justru akan semakin meningkatkan efisiensi tenaga kerja.

    1. Memperhatikan penerimaan per hari kerja

Penerimaan per hari kerja dapat dihitung dengan formula, jumlah produksi fisik dikali harga per hektar dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan per hektar.

    1. Memperhatikan luas usaha per lahan

Efisiensi tenaga kerja dapat juga dihitung melalui luas usahatani dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dicurahkan perhari.

  1. Efisiensi teknis, efisiensi perusahaan, dan efisiensi kemanusiaan

Selain efisiensi tenaga kerja, efisiensi teknis, perusahaan, dan kemanusiaan, juga dapat diperhitungkan dengan cara mebandingkan tambahan produksi yang akan diperoleh akibat dari tambahan faktor produksi yang diberikan untuk menghasilkan.

    1. Efisiensi teknis adalah mengukur besarnya produksi yang dapat dicapai atas tingkat faktor produksi tertentu. Efisiensi teknis contohnya melalui penggunaan pupuk urea untuk peningkatan produksi padi di lahan sawah dengan di lahan tegal maka akan didapat hasil penggunaan pupuk urea yang lebih efisien di lahan sawah dibandingkan di lahan tegal.
    2. Efisiensi perusahaan adalah mengukur besarnya nilai produksi yang dapat dicapai atas nilai faktor produksi tertentu. Contohnya dalam penggunaan pupuk urea 46% N dan pupuk ZA 20% N. Akan terlihat efisiensi penggunaan pupuk dari tingkat produksinya yaitu penggunaan pupuk urea 46% N lebih besar dibanding penggunaan pupuk ZA 20% N.
    3. Efisiensi kemanusiaan sulit diukur karena tambahan produksi yang dicapai diukur dengan kepuasan seseorang.
  1. Curahan tenaga kerja

Curahan tenaga kerja pada usahatani sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni:

  1. Faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan tanah, dan topografi;
  2. Faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan;
  3. Luas, petak, dan penyebaran.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga kerja, misalnya yang terjadi pada usaha tani lahan kering yang benar-benar hanya mengandalakan air hujan maka petani akan sangat sibuk hanya pada saat musim penghujan. Sebaliknya, pada musim kemarau akan mempunyai waktu luang sangat banyak karena lahannya tidak dapat ditanami (bero). Pada lahan sawah beririgasi, petani akan sibuk sepanjang tahun karena air bukan merupakan kendala bagi usahataninya.

  1. Arti intensif dan ekstensif

Usahatani dikatakan intensif jika banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas lahan. Contoh usahatani intensif adalah jika seorang petani menggarap tanah sesuai dengan kebutuhan sampai siap untuk ditanami jagung, menggunakan pupuk awal, bibit unggul, melakukan penyiangan dan pemupukan periodik. Tiga setengah bulan kemudian petani akan memperoleh hasil panen sekitar 12 kg per satuan luas lahan.

Sedangkan suatu usahatani dikatakan ekstensif jika usahatani tersebut tidak banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal per satuan luas lahan. Sebagai contoh adalah, jika seseorang menggarap tanah ala kadarnya, lalu menebar bibit, biji (untuk serealia). Setelah itu lahan dibiarkan aja. Tetapi tiga setengah bulan, petani juga sambil menunggu mendapat seluruh hasil panen dan diperoleh 2 kg per satuan luas lahan.

Written by Hajroon Jameela

October 20, 2011 at 8:41 pm